Friday, November 20, 2009

Menatap Orang Australia dari Dekat



Pikiran Rakyat, Rabu, 18 November 2009

Deddy Mulyana, Dekan Fikom Unpad, kini Guru Besar Tamu di Monash University, Australia.

JIKA Anda datang ke Australia, jangan coba-coba membangga-banggakan jabatan yang Anda sandang di Indonesia. Warga Australia tidak akan terkesan dengan status Anda. Ini karena warga Australia menganut egalitarianisme (paham kesederajatan) yang sudah mengakar. Karena pergaulan mereka dengan warga Australia, banyak pemukim Indonesia yang sudah mencerap nilai ini. Maka jika Anda presiden direktur, jenderal, pengusaha besar, profesor, anggota DPR, atau selebriti, Anda tak perlu kecewa jika di negeri kanguru Anda tak dikerubungi orang-orang, atau bahkan tak diperkenalkan resmi dalam pertemuan informal yang kebetulan Anda hadiri. Apalagi jika Anda sekadar anak pejabat, anak pengusaha besar atau anak orang terkenal.

Nilai budaya kolektivistik yang dianut orang Indonesia membuat status istimewa seseorang di Indonesia menular juga kepada semua anggota keluarganya, sehingga seseorang merasa bangga karena orang tuanya atau kerabat dekatnya punya status istimewa. Maka prestasi seseorang di Indonesia sering bersifat bawaan (being), berbeda dengan di Australia dan di banyak negara Barat lainnya yang individualistik yang mengasumsikan bahwa prestasi seseeorang itu diciptakan, diperoleh atau menjadi (becoming), yakni apa yang telah orang itu lakukan dalam kehidupan.

Untuk menunjukkan sikap egaliter, orang Australia sering melakukan sapaan kasar "G’day, mate, how are you?" yang diikuti dengan tepukan di punggung mitranya. Orang non-Australia boleh jadi menganggap tindakan ini menghina atau meremehkan. Kesederajatan yang mereka anut juga tercermin dalam cara orang-orang memanggil atasan mereka, yakni dengan nama pertama, suatu hal yang jarang terjadi di Indonesia. Bahkan, mahasiswa di berbagai universitas di Australia pun lazim memanggil dosen mereka dengan cara itu, misalnya saat mahasiswa menyapa dosennya, "Hi, Peter, how is it going?" Mahasiswa tak perlu membungkuk, apalagi mencium tangan profesornya, seperti yang sering terjadi di beberapa universitas di Indonesia. Begitulah ketika tempo hari saya pertama kali berjumpa dengan Chris Nash, seorang profesor Jurnalistik Universitas Monash di Kampus Caulfield, yang mengenakan anting di telinga kirinya, kami pun langsung menyapa satu sama lain dengan nama pertama.

Sebagai peminat komunikasi lintas budaya, saya lihat cara orang Australia berkomunikasi agak berbeda dengan pembicara Inggris British ataupun pembicara Inggris Amerika. Bahasa Inggris Australia jelas lebih mirip dengan bahasa Inggris British daripada dengan bahasa Inggris Amerika, karena Australia adalah negara persemakmuran Inggris (Britania Raya). Dapat dikatakan bahasa Inggris British adalah cikal bakal bahasa Inggris Australia, karena nenek moyang orang Australia berkulit putih umumnya datang dari Britania Raya. Akan tetapi, selain terdapat kata-kata khas Inggris Australia, pengucapan Inggris Australia juga lain. Mereka, terutama yang kurang terdidik, mengucapkan kata today sepeti to die, sehingga kita akan kaget jika mendengar seorang Australia berkata, "I am going to the hospital to today (yang kedengarannya to die)."

Meskipun dalam banyak segi, bahasa Inggris Australia mirip dengan Inggris British, ekspresi khas Australia juga berhamburan. Frase dan kata-kata berikut lazim terdengar: no worries (jangan khawatir), mate (teman pria); rubbish (sampah); biscuits (kue), dan chemist (apotik). Orang Australia juga gemar memendekkan kata-kata, misalnya university menjadi uni, kindergarten menjadi kindi, television menjadi teli, dan beautiful menjadi beaut. Pengumuman di tempat publik bersifat langsung dan singkat, tidak berbasa-basi atau berbunga-bunga, seperti di Inggris. Di kereta api, misalnya terdapat pernyataan, "No smoking," (Dilarang merokok) "No Litering" (Dilarang membuang sampah), dan "You must have a valid ticket to travel on this train" (Anda harus punya tiket yang berlaku untuk naik kereta ini). Bandingkan dengan pengumuman di Inggris, misalnya "We regret that in the interest of hygine dogs are not allowed on these premises" (Kami menyesal bahwa demi kesehatan, anjing tidak diizinkan di tempat ini), yang bisa dipendekkan: "Video controlled" ("Diawasi video"). Kelugasan orang Australia juga terkadang vulgar. Misalnya di Huntingdale, ada sebuah baliho besar yang bertuliskan (maaf), "Making Love? Do it longer! Call or sms ’Try’ 1800711711."

Dapat disimpulkan,orang Australia sangat lugas. Sikap ini dapat membuat orang asing, termasuk orang Amerika sekalipun, merasa diserang, misalnya dengan ucapan mereka "You don’t know what you’re talking about". Di Victoria Market di Melbourne, di sebuah kafe saya menyaksikan seorang perempuan bule yang mengembalikan roti lapis yang baru dibelinya, tampaknya karena rasanya kurang enak. Ia berteriak, "It is disgusting!". Uangnya dikembalikan oleh si bos perempuan. Suaminya yang ikut melayani pembeli berteriak, "Don’t ever come back!" Luar biasa, ini suatu kejadian yang seumur hidup saya tak pernah saya saksikan di Indonesia. Saya yang memesan fish ’n chips seharga 15 dolar Australia (sekitar Rp. 130.000,00) tak dapat membayangkan bahwa saya akan mengembalikan makanan itu karena rasanya tidak sesuai dengan selera, baik di Australia, apalagi di Indonesia. Pelajaran lain yang dapat diambil dari kejadian itu adalah betapa hak konsumen begitu besar di negeri ini. Dalam banyak kasus, konsumen boleh mengembalikan barang bukan makanan yang sudah dibeli asalkan belum dipakai.

Bagi orang berkomunikasi konteks tinggi (penuh dengan basa-basi, tak langsung, untuk menjaga harmoni) seperti orang Indonesia dan orang Jepang, orang Australia yang berbicara linier, langsung, lugas, dan faktual seperti ini bisa dianggap sebagai orang yang tidak punya perasaan. Dalam sebuah literatur dilukiskan, seorang manajer Jepang mengunjungi Australia dalam bisnis. Ia meminta seorang sejawat Australia menjelaskan suatu prosedur baru kepadanya. Orang Australia mengatakannya dengan cepat, persis, dan dari awal, bagaimana prosedur itu bekerja, menunjukkan beberapa problem yang mungkin, dan bertanya bila ia punya pertanyaan. Manajer Jepang itu merasa bahwa ia diperlakukan seperti anak kecil, dan bahwa orang Australia itu tidak punya pertimbangan atas perasaannya.

Menarik bahwa meskipun orang-orang Australia tidak banyak berbasa-basi, mulut mereka kurang terbuka saat berbicara dibandingkan dengan orang Amerika. Sebuah anekdot menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan fakta bahwa beberapa abad lalu nenek moyang mereka datang ke Australia sebagai tahanan, bukan sebagai orang merdeka, sehingga mereka tidak bebas bicara dan sering menutup mulut. Cara bicara suatu bangsa atau suatu suku boleh jadi dipengaruhi faktor-faktor historis, kultural, dan geografis. Misalnya, konon orang Batak berbicara keras karena dulu nenek moyang mereka tinggal berjauhan di gunung dan lembah; orang Riau Kepulauan berbicara serupa karena suara mereka harus mengatasi suara ombak dan angin. Sementara itu, orang Padang berbicara keras karena mereka pemakan cabai. Ada pun orang Arab berbicara keras, karena Ada pun orang Arab berbicara keras, karena lingkungan mereka yang gersang. Wallahu’alam (HS,2009)

Thursday, October 15, 2009

Meningkatkan Kinerja Sekolah

( Silakan dua kali klik di gambar untuk memperbesar)

Thursday, July 23, 2009

Surat Bu Rebecca buat Smansa Serang



Dalam surat menyurat Bu Rebecca dengan Bu Yuli ada berita yang hendaknya cepat direspon oleh pihak SMA Negeri 1 Serang.

Kunjungan EFL dari Smansa ke Mac Rob.
Bu Rebecca mengatakan: “Sebenarnya, untuk Mac Rob saya kira lebih baik kalau EFL berlangsung pada awal 2010 saja daripada 2009 untuk beberapa alasan. Pertama, kalau Oktober-November itu sudah mulai masuk masa ujian untuk kelas 11 & 12 dan mereka tidak ada di sekolah lagi dari setelah tanggal 20 Oktober, kami berlibur 2 minggu pada bulan September, dan bulan Agustus itu bulan depan, dan tidak ada waktu untuk mengurusnya”. Lebih jauh, Ibu Rebecca mengusulkan bahwa EFL untuk tahun 2010 “saya mengusulkan akhir term 1, atau awal term 2. Term 1 selesai pada tanggal 26 Maret, jadi datangnya bisa 12-26 Maret; atau kalau mau term 2 mulai lagi tanggal 12 April , jadi bisa datang pertengahan April. Cuaca pada bulan-bulan itu masih enak dan daunnya mulai menguning dan gugur, jadi cukup cantik juga. Kalau sesudah itu mulai dingin, dan juga kami mulai sibuk assessment sebelum rapot siswa ditulis”.

Home stay
Bu Rebecca menegaskan bahwa “Kalau 1 minggu, saya kira Mac Rob mungkin bisa menempatkan sampai 8-10 orang, tetapi kalau 2 minggu, mungkin tidak sebanyak itu”.

Nah bagaimana smansa? Sepertinya harus segera merespon usulan Bu Rebecca ini.
Jawaban Smunsa dapat dikirim ke email saya: herli_slm@yahoo.com, ditunggu ya. (HS, 2009)

Saturday, June 13, 2009

The Sister School Relationships: Indonesia and Australia


By: Herli Salim

The Australian Prime Minister Kevin Rudd says, “ it is important that the Australian people return to the close relationship they had with their neighboring countries and that the Australian people should study Asian languages”. Now, in the Australian schools, there is strong desire to learn Bahasa Indonesia (Indonesian Language). This renewed interest in learning Bahasa Indonesia is growing among the Australian schools. Meanwhile, the Indonesian Government currently encourages the schools to establish link with the international schools in order to stimulate their educational quality. The mutual momentum is raising for the Indonesian schools to experience learning in Australia, and on the other hand the Australian schools can practice to learn Bahasa Indonesia.

The initiative for the Indonesian and the Australian schools to work together is highly recommended by OECD and UNICEF organization. Both world organizations recognize the benefits of educational interactions which create and enforce educational networks and will facilitate the mutual exchange of curriculum and other educational opportunities for teachers and students. It is the time to create educational cooperation between Indonesia and Australia through sister school relationships. The efforts are gathering its momentum when an educational delegate coming from SMA Negeri 1 Serang to visit the Mac Robertson Girls High School in Victoria last October 2008.

The Serang education delegate was lead by Bapak Drs. Aziz Haidir which is the Principal of SMA Negeri 1 Serang. He was accompanied by two teachers relating with the department of international affairs, representative officers from department of education Serang Regency, parent association, and ten students. They were welcome by Ibu Mona Maria Bonifasia, the education councilor from Consul General RI Melbourne, at Mac Robertson Girls High School. During in here, the girls studied at Mac Robertson Girls High School and the boys were placed in Melbourne High School. They studied a number of subjects by shadowing their Australian mates and then they experienced home stay with the Australian family. The Serang students enjoyed learning in totally new and challenging situation, and the Melbourne students are happy to establish link and friendship through practicing Bahasa Indonesia before they had examination in Bahasa Indonesia subject. SMA Negeri 1 Serang and Mac Robertson Girls High School have reached an agreement to make educational cooperation to further develop kinds of educational cooperation in the future. The agreement was officially signed at consul general office Melbourne at 17 October 2008 which were witnessed by Bapak Hadi Prambastoro representing the Consul General RI Melbourne. At the end of the program, SMA Negeri 1 Serang students and Mac Robertson Girls High School held farewell party when students performed cultural songs and dances.

Just recently, during the Easter Holidays Ms Robyn Elmi and Miss Andrea Jones made the journey to Indonesia to formalize a Sister-School Relationship between Weeroona College Bendigo and SMA Negeri Ciputat 2 Tangerang. This school is located in Tangerang, Banten Province, Java which is about one and half hours drive west of the capital city of Jakarta. During their stay, Miss Jones and Ms Elmi ran an English and Art Workshop for the senior students and participated in English, Indonesian, Art and Music classes. The Indonesian students were delighted to be presented with creative, Australian themed bookmarks, as well as letters with gifts that were prepared by students from WCB. Both schools strongly believe that communicating with real people will strongly motivate our respective students to pursue their language studies and they look forward to continuing to build a strong on-going relationship that is beneficial to students and staff at both schools. SMA Negeri Ciputat 2 Tangerang intends to visit Weeronna later this year to enhance the cooperation and to seek further development of this cooperation.

The sister school relationship is supported by a number of organizations and individual assistance: Victorian Indonesian Language Teachers Association ( VILTA). Co-ordinator for Indonesian LOTE for Victoria, Indonesian Society Association in Victoria ( Perwira) and as well as Consul General RI in Melbourne. The school link is voluntarily mediated by Pak Herli Salim for the Indonesian schools and Dr. Peter Waterworth for the Australian schools ( HS, 2009).

Friday, June 5, 2009

Laporan Ke Duta Besar RI untuk Australia


Kepada Yth
Bapak Duta Besar Republik Indonesia
Canberra

Dengan hormat,

Saya adalah Ph. D. Candidate di Deakin University, Melbourne, Australia. Saya mengajar di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang, Banten, Indonesia. Di sela-sela kegiatan studi, saya sedang menjadi penggiat kerjasama pendidikan antara sekolah yang berada di Indonesia ( Kab/Kota Serang, Tangerang, Banten, dan Yogyakarta, DIY). Saya bermitra dengan mantan dosen Deakin University yaitu Dr. Peter Waterworth. Dia sering diundang untuk memberikan seminar di kota tersebut. Sering terlontar dalam seminar permintaan untuk memfasilitasi kerjasama antar sekolah yang berada di Indonesia dengan sekolah yang khususnya berada di Victoria. Pada saat ini kami sampaikan laporan sekolah – sekolah yang berhasil kami fasilitasi dan sedang dalam proses menjalin hubungan:

1. SMA Negeri 1 Serang, Banten bermitra dengan Mac Robertson Girls High School, Melbourne/ Melbourne High School, Melbourne.
2. SMA Prisma Serang Banten bermitra dengan Mercy College, Coburg, Melbourne.
3. Heany Park Primary School bermitra dengan SD Negeri 2 Serang, Banten.
4. SMA Negeri 1 Pamulang, Tangerang bermitra dengan Weeroona College, Bendigo, Victoria.
5. SMK N1 Yogyakarta bermitra dengan Bilanook College, Melbourne.

Dalam kesempatan ini kami melaporkan bahwa rombongan SMA Negeri 1 Serang (10 siswa,2 guru,1 orang tua, 1 kepsek,dan 1 staf diknas) tealh berkunjung dan mengadakan program pendidikan yang bernama Educational Friendship Links. Hal ini sebenarnya bentuk lain dari kerjasama pendidikan antar sekolah (sister school relationships). Rombongan pendidikan Serang a berada di Kota Melbourne dari 11 – 19 Oktober 2008. Para siswa belajar di Mac Robertson dan Melbourne High selama 3 hari dan malam harinya home stay di keluarga orang tua siswa Australia. Penandatanganan kerja sama pendidikan antara SMA Negeri 1 Serang dengan Mac Robertson telah diselenggarakan di Konjen RI Melbourne, pada hari Jum’at, 17 Oktober 2008.

Demikian laporan saya untuk menindak lanjuti perbicangan saya dengan Bapak ketika saya bertemu dengan Bapak di PERWIRA Satays Festival Box Hill Town Hall pada bulan Mei lalu. (Diposkan oleh HS 7 Oktober 2008 untuk Duta Besar RI di Canberra Australia )

Bu Rebecca Mau Ke Smansa


Dalam surat elektroniknya ke Pak Herli Salim, mediator Sekolah Indonesia dalam sister school, Bu Rebecca mengatakan: “Saya ada rencana ke Indonesia pada bulan Januari 2010 dan kalau bisa mau mampir ke Serang juga, dan mau melihat keadaan di sana . Moga-moga bisa menciptakan semacam studi tur untuk siswa MacRob ke sana”. Selanjutnya, Ia mengatakan bahwa program EFL ini supaya bisa dilanjutkan terus karena bermanfaat untuk membina persahabatan antar Australia dan Indonesia lewat hubungan siswa dan siswinya.

Ia menegaskan ketertarikannanya pada program EFL dan supaya kontak kedua sekolah terpelihara dengan adanya web atau blog bersama. Beliau melaporkan bahwa “Salah satu host sister dari MacRob, Ellie, pergi ke Indonesia pada Januari 2009 lalu bersama keluarganya dan sempat bertemu dengan Dysha sekeluarga di Serang. Senang ya, hubungan antar budaya bisa terus berlangsung!” Setuju Bu ! Apakah ada peserta EFL lain yang terus menjalin kontak ? Untuk meramaikan blog ini silakan kirim beritanya, atau cerita lucu waktu EFL 2008 boleh juga. Silakan kirim ke Pak Herli nanti diterbitkan diblog ini. Sangat ditunggu.

Ketika saya melaporkan hal ini ke Pak Aziz Haidir, Kepala SMA Negeri 1 Serang bahwa Ibu Rebecca akan berkunjung ke Serang, Pak Aziz menanggapinya dengan sangat antusias dan berniat membicarakan program EFL lebih jauh dengan Bu Rebecca dalam bentuk peningkatan ‘teacher exchange’, disamping tentu saja mengintesifkan EFL melalui ‘student exchange’.

Bu Rebecca juga mengusulkan waktu kunjungan EFL Smunsa sebagai berikut: “Waktu kedatangan Rombongan EFL tahun ini hendaknya dipastikan misalnya, Oktober – November 2009, atau Feb – April 2010. Hal ini mempertimbangakan manfaat kedatangan rombongan untuk siswa MacRob dan Smunsa, sangat baik bila direncanakan sejak awal”. Nah, bagaimana kepada Smunsa ? Saya kira Pak Ade Suparman, Ketua Program RSBI sudah seyogyanya mulai merencanakan hal ini. Menurut hemat saya, Smunsa akan sangat baik bila bisa menetapkan EFL dalam kalender kegiatan tahunan sekolah. Gimana Smunsa bisa kan?

Akhirnya, saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rebecca yang sudah menyempatkan berkirim email disela kesibukannya mengajar yang terkadang sangat menyita waktu sekali. Ayo partisipasi baik dari MacRob dan Smunsa sangat dinantikan untuk memeriahkan blog Smunsa Robertson Link. Ayo mulai sekarang juga! ( HS 2009)

Wednesday, June 3, 2009

Pengurus Alumni EFL 2008



Baru-baru ini, musyawarah mantan peserta Educational Friendship and Link 2008 yang telah berkunjung ke Kota Melbourne, Australia, telah berhasil membentuk kepengurusan Alumni EFL 2008. Bu Yuli melaporkan: “ Alhamdulillah, peserta EFL 20 08 sudah mendeklarasikan Alumny Association EFL 2008, dengan komposisi kepengurusan sebagai berikut: Ketua: Imam Wahyu Ramadhan. Wakil: Ahmad Nurhadi. Sekretaris: Ayu Prana. Bendahara: Disya” . Lebih jauh, Bu Yuli mengharapkan bahwa dengan terbentuknya asosiasi alumni maka pembekalan “ pre-departure training” bagi peserta EFL tahun depan akan lebih mudah. Selamat kepada Pengurus Alumni EFL 2008. Ayo berikan masukan ke sekolah pentingnya siswa SBI menjalani EFL dengan belajar di Melbourne. Bukankah kamu sendiri yang nikmati indahnya EFL, begitu kan ? ( HS. 2009)

Tuesday, May 12, 2009

A Letter to Mendiknas


Dear Prof. Dr. Bambang Sudibyo,
Minister of National Education Indonesia
Jakarta


We are delighted to let you know that SMA Negeri 1 Serang, Banten has just recently established an educational link and cooperation program with Mac Robertson Girls High School and Melbourne High School in Melbourne Australia. Mac Robertson Girls High School is a prestigious school was found in 1932. The school has very outstanding program for girls and it is a single sex education. Meanwhile, Melbourne High school is also an outstanding school for boys. This school was found in 1936. Many Australian respectful citizen graduated from this school. Therefore, SMA Negeri 1 Serang’s program, as you may be aware of has conducted their paramount program to make their school program meets international standard which stipulates in Educational Laws No 20/2003.


The Serang education delegates was lead by Bapak Drs. Aziz Haidir which is the Principal of SMA Negeri 1 Serang. He was accompanied by two teachers relating with the department of international affairs (RSBI). Drs. Asep Nugrahajaya is also sent by the Serang Regency Department of National Education, one representative from parents association. The delegate arrived in Melbourne, they were welcome by Ibu Mona,education councilor from Consul General RI Melbourne, at Mac Rob. The school and parents have to pay for their own cost. There are also 5 girls resided at Mac Robertson Girls High School and 5 boys to be placed in Melbourne High School. The students studied a few days shadowing their Australian mates and then they spent a few nights home stay with the Australian family. The students learnt a number of subject during shadowing their mates and learnt how to communicate in English in the real situation.

SMA Negeri 1 Serang and Mac Robertson has reached an agreement to make educational cooperation to further develop kinds of educational cooperation in the future. The agreement was officially signed at consul general office at 17 October 2008 and witnessed by Consul General as well. At that time, SMA Negeri 1 Serang students and Mac Robertson Girls High School held farewell party where students performed cultural songs and dances.

This program is supervised by Bapak Herli Salim who is an Indonesian and doctoral students at Deakin University. During his study, he lives in Melbourne. He works as a lecturer at Universitas Pendidikan Indonesia, Serang Campus, Banten, Indonesia. The Serang delegates is also assisted by Dr. Peter Waterworth. He is Australian and formerly a Deakin University lecturer. He has been traveling to Indonesia and conducting seminars in a number of cities including Serang. Both of us play as schools’ mediator for each of our countries, in order to facilitating the process of establishing link and cooperation, and offer special assistance to make the process of initiating cooperation runs smoothly.

A number of institution support this educational activities: Victorian Indonesian Language Teachers Association ( VILTA). Co-ordinator for Indonesian LOTE for Victoria, Indonesian Society Association in Victoria ( Perwira) and as well as Consul General RI in Melbourne. Currently, we receive so many enquires from the Victorian school principals to establish link with the Indonesian schools (Posted by PW and HS, 27 Nov 08 to Mendiknas in Jakarata)

Pak Aziz pada Penutupan EFL di Melbourne 2008



Pak Aziz sedang memberikan sambutan pada acara penutupan dan penanda tanganan kerjasama pendidikan Educational Friendship and Link antara SMA Negeri 1 Serang dengan Mac Robertson Girls' High School Melbourne. Acara tersebut dihadiri oleh Vice Principal Mac Rob, Ms Margaret Akins, Ibu Rebecca guru Bahasa Indonesia di Mac Rob. Wakil Konsuler Konsulat RI Melbourne, Pak Hadi Prambastoro, Ibu Mona, orang tua siswa Mac Rob.Siswa Melbourne High School, Ibu Jatni Rakhmat,guru Bahasa Indonesia dari Melbourne Hihgh School, peserta EFL Serang dan Mac Rob.Melbourne High School. Anggota PERWIRA, Paguyuban Pasundan, Ibu Nani Polard, DR Peter Waterworh, Pak Herli Salim dari Ausindo Educational.

Kapan sebaiknya berkunjung ke Australia?


Kapan sebaiknya berkunjung ke Australia?

Kunjungan sekolah Indonesia ke Australia hendaknya mempertimbangkan beberapa hal. Pertimbangan ini untuk meningkatkan kualitas hubungan serta supaya terciptanya manfaat hubungan di kedua belah pihak. Sekolah Australia memanfaatkan siswa Indonesia yang berkunjung untuk melatih percakapan bahasa Indonesia sebelum mereka ujian Bahasa Indonesia di Australia. Selain dari pada itu, siswa Indonesia dapat ikut belajar di kelas Australia tanpa harus mengganggu jadwal pelajaran mereka.

Pertama, kunjungan dari Indonesia ke Australia hendaknya mempertimbangkan saat terjadinya pelajaran ( saat term berlangsung). Lazimnya siswa Indonesia melakukan shadowing (membayangi) mitra siswa Australia. Artinya bila siswa Australia belajar sesuatu pelajaran maka siswa Indonesia mengikutinya. Berikut pembagian waktu term di Australia:

Term 1 2 February to 3 April
Term 2 20 April to 26 June (12 June will be a student free day)
Term 3 13 July to 18 September
Term 4 5 October to 18 December

Kedua, kunjungan hendaknya memilih waktu yang iklimnya cocok atau mendekati dengan ketahanan fisik orang Indonesia. Ini berarti pada musim Spring, Autumn, atau Summer. Kunjungan saat musim Winter sangat tidak dianjurkan karena dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan. Pada musim dingin suhu udara berkisar antara 4 derajat hingga 11 derajat. Namun bila kondisi memungkinkan saat inilah bisa melihat turunnya salju. Berikut ini perkiraan musim Australia.

Summer: Desember - February
Autumn: Maret – May
Winter: Juni- Agustus
Spring: September-November

Ketiga, kunjungan hendaknya jangan terjadi di bulan puasa, sebaiknya setelah Lebaran. Lagi-lagi hal ini akan membuat peserta kesulitan untuk berpuasa karena tantangan cuaca dan juga karena hal ini membuat rikuh sekolah yang dikunjungi.

Keempat, sangat tidak dianjurkan untuk berkunjung saat bulan Desember karena sekolah akan mengakhiri term dan akan menghadapi libur panjang Natal dan akhir tahun. Terlebih-lebih sekolah Australia biasanya sedang menyelenggarakan ujian akhir term dan pembuatan laporan.

Maka berdasarkan pertimbangan hal itu, kunjungan sekolah Indonesia ke Australia dianjurkan pada bulan Maret ( cuaca sejuk 13 - 24 derajat) musim Autumn, atau pada bulan Oktober,Spring ( cuaca sejuk 13 – 24 derajat). Untuk setiap tahun mohon mempertimbangkan pergeseran waktu Lebaran. Selamat merencanakan kunjungan! (HS,2009)

Pedoman Sister school Smansa


Pedoman Inisiatif Kerja Sama Pendidikan ( Sister School Relationships) antara SMA Negeri 1 Serang, Indonesia dengan Mac Robertson Girls High School, Melbourne, Australia.

Oleh: Herli Salim - Kandidat Doktor, Deakin University, Melbourne, Australia

Rasional
Berdasarkan pada UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa hendaknya terdapat paling tidak satu sekolah di satu daerah yang memenuhi standar internasional. Untuk memperkuat kemandirian daerah diamanatkan bahwa daerah dapat menjalin hubungan internasional (Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 30/2007 tentang standar pendidikan nasional mengarahkan sekolah menuju taraf internasional. Sementara itu BNSP ( Badan Nasional Standar Pendidikan) dibentuk untuk mendorong upaya peningkatan kualitas sekolah nasional supaya dapat setara dengan dunia internasional sehingga dapat mempertinggi kualitas lulusan. Pembentukan Provinsi Banten juga mensyaratkan pendidikan sebagai jembatan untuk menuju kesejahteraan masyarakat Banten (UU No. 23 tahun 2000). Semua perundang-undangan ini menstimulir upaya sekolah untuk sesegera mungkin mempercepat pertumbuhan kualitas pendidikan untuk memenuhi standar pendidikan baik nasional maupun internasional.


Inisiatif kerjasama sekolah dengan sekolah antara Indonesia dan Australia sangat dianjurkan sesama negara OECD dan UNICEF. Kedua organisasi dunia tersebut sangat menganjurkan adanya 'mutual benefit relationship' antara sesama negara anggota badan dunia tersebut sehingga dari interaksi itu akan tercipta networking pendidikan dan terciptanya tatanan pendidikan yang saling mengisi.

Kini telah sampai pada saat yang kondusif untuk menciptakan kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Australia. Upaya ini mendapatkan momentumnya karena upaya yang dilakukan oleh Drs. H. Herli Salim, M.Ed., dosen Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang dan mahasiswa program doktor Deakin University yang sedang berada di Australia untuk kepentingan studinya. Dia bekerja sama dengan koleganya berkebangsaan Australia, yaitu Dr. Peter Waterworth, konsultan akhli pendidikan, dan masyarakat pendidikan Kota dan Kabupaten Serang sudah lama mengenalnya sebagai pembicara pada beberapa seminar pendidikan.

Sementara itu, pada era pemerintahan buruh Australia, Perdana Menteri Australia-H.E. Mr. Kevin Rudd menyatakan kembali pentingnya menjalin persahabatan dengan negara tetangga serta untuk mempelajari bahasa Asia termasuk bahasa Indonesia. Sekarang ini, publik pendidikan Australia kembali bergairah untuk mempelajari bahasa Indonesia. Dari sinilah tumbuhnya minat jalinan kerjasama antara Mac Robertson Girls High School (Mac Rob) Melbourne dengan SMA Negeri 1 (Smansa) Serang. Kerjasama ini dapat menguntungkan kedua belah pihak: SMA Negeri 1 Serang dapat menstandarkan lembaganya ke tingkat internasional dan para siswanya memilki kesempatan untuk belajar bahasa Inggeris, dan para siswa Mac Rob memperoleh mitra untuk lebih memperdalam bahasa Indonesia. Bila rintisan kerjasama pendidikan diantara kedua sekolah ini sudah mapan maka dapat ditingkatkan pada elemen kerjasama pendidikan yang lebih luas.

Mempertimbangkan hal tersebut diatas, maka sudah sampai pada saatnya terdapat suatu pedoman kerjasama pendidikan (sister school) bagi sekolah Indonesia untuk menjaga dan meningkatkan momentum kerjasama pendidikan yang telah ada. Hal ini dapat tercipta dengan cara terus-terusan memunculkan inisiatif kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hubungan kerjsama yang menciptakan manfaat bagi kedua belah pihak.

Bentuk
Kerja sama SMA Negeri 1 Serang dengan Mac Rob Melbourne sedang terus diupayakan dan hendaknya SMA Negeri 1 Serang senantiasa terus-terusan menjaga dan menumbuhkan kesinambungan momentum ini. Kemungkinan kerjasama pendidikan akan dalam bentuk sebagai berikut:
• Siswa dengan siswa ( students exchange). Hal ini bisa dilakukan dengan cara home stay dan shadowing. Siswa dari kedua negara menetap di rumah baik yg dari Smansa maupun yg dari Mac Rob. Siswa Smansa dapat belajar bahasa Inggeris, komputer, pertukangan, dll di Mac Rob. Siswa Mac Rob dapat belajar kesenian lokal , bahasa Indonesia, tari tradisional di Serang
• Staf dengan staf, (Staf exchange) staf Smansa mempelajari adminsitrasi pendidikan yang terdapat di Mac Rob untuk mengoptimalkan daya dukung manajemen pembelajaran yang berbasiskan manajemen modern dan bersandar pada penggunaan teknologi informasi.
• Guru dengan guru ( teachers exchange) Hal ini bisa dilakukan pertukaran pengajar antara kedua sekolah untuk kurun waktu tertentu, bidang studi bahasa Inggeris,bahasa Indonesia, kesenian, tarian, pendidikan, dll.
• Kepala sekolah dengan kepala sekolah( principals exchange), masing-masing kepala sekolah bisa saling berkunjung dan bertukar pikiran dalam upaya mengembangkan agenda kerjasama dan mendiskusikan pengembangan manajemen pendidikan yg berbasis internet, pembuatan proyek pendidikan bersama yang didanai oleh badan dunia atau negara masing-masing.

Cara Mengerjakan
1. Smansa selalu mengupayakan terciptanya jalinan korespondensi dengan Mac Rob. Hal ini dimulai dengan korespondensi antara kepala sekolah dengan kepala sekolah, guru dengan guru, staf dengan staf, dan siswa dengan siswa.
2. Smansa selalu berupaya untuk menciptakan kontak rutin untuk memunculkan gagasan acara bersama baik di Indonesia maupun di Australia.
3. Smansa mengusulkan pembuatan web site bersama yg diisi oleh kedua belah pihak. Untuk langkah awal setiap lembaga hendaknya mengintensifkan untuk saling berkirim email, surat via pos, untuk membicarakan segala jenis kegiatan yang mungkin dapat dikerjakan oleh kedua belah pihak.
4. Smansa dapat membuat nota kesepahaman (MOU) dengan Mac Rob. Isi MOU itu merupakan bentuk-bentuk kerjasama pendidikan diantara kedua sekolah , untuk ini perlu adaya diskusi yang serius dan intensif dari kedua belah pihak. Inilah merupakan titik awal perlu adanya kunjungan antar sekolah.
5. Smansa mengadakan kunjungan ke Mac Rob College untuk melihat potensi langsung Mac Rob dan guna mematapkan kerjasama dalam bentuk yang lebih formal yakni penandatanganan MOU untuk menyelenggarakan sister school relationships.
6. Smansa hendaknya mulai merintis suatu jalinan kerjasama dengan orang tua murid untuk menitipkan para siswa Mac Rob di rumah – rumah orang tua siswa yang bersedia untuk dijadikan homestay. Hal ini untuk mempersiapkan, apabila siswa Mac Rob berkunjung ke Serang.
7. Smansa dan Mac Rob dapat saling membantu untuk menyediakan bahan ajar pelajaran dan hal ini merupakan bantuan hibah (gratis). Bantuan pelajaran ini dapat dalam bentuk: buku,majalah,komik, koran, novel, CD lagu/film, DVD lagu/film dalam bahasa Indonesia dan Inggeris. Pemanfaatan barang bekas tapi masih berkualitas akan sangat membantu terselenggaranya program ini.

Penutup
Kegiatan upaya sister school ini akan terselenggara dengan baik bilamana terdapat mediator sekolah baik di Indonesia maupun Australia. Mediator mempunyai tugas mengkomunikasikan dan selalu mengingatkan sekolah apabila sekolah menunjukan indikasi penurunan intensitas hubungan; terdapat keinginan yang kuat dari kedua belah pihak untuk selalu menjalin kerjasama pendidikan - untuk hal ini hendaknya dibentuk panitia kerja; selalu memanfaatkan momentum hubungan kondusif diantara kedua negara. (HS, 2009).

Monday, May 11, 2009

Educational Friendship Links: SMA Negeri 1 Serang and Mac Robertson Girls High School


Educational Friendship Links: SMA Negeri 1 Serang and Mac Robertson Girls High School


We just recently had a group of participants from SMA Negeri 1 Serang. This occasion was organized by Bapak Herli Salim and Dr. Peter Waterworth. The Serang group visited Melbourne for initiating educational cooperation with Mac Robertson Girls High School , and Melbourne High School. There were 15 participants who comprised 10 students, 2 teachers, 1 parent association, 1 school principal, and 1 staff from department of education Serang regency. They were in Melbourne for 9 days and during that time, the students had experience shadowing their Australian school mates learning in Mac Robertson Girls High school for the girls and in Melbourne High School for the boys. During night time, the Serang students went for home stay in Australian families. The teachers were also shadowing their Australian colleagues while the staff went to Eastern Region Department of Education to look for possibilities enhancing educational cooperation between the two countries. This visit happened by the invitation which managed by Ibu Rebecca Kristanto ( Mac Rob Indonesian LOTE teacher). Thank you Bu! Finally, the dream came true and thank you for the arrangement. Along their visit, the Serang group had a courtesy visit to Mercy College, Coburg, Melbourne. They performed songs and dances energetically. An amazing farewell party was also held by the Melbourne High School students for their mates from Serang. It was such a memorable occasion due to Melbourne High had beautifully arranged the program with many attractions: food bazaar, songs, and sports. Serang boys really felt at home. Thanks, Bu Jatni (the Melbourne High Indonesian LOTE teacher) for your hospitality! The next day, we went to Scienceworks where we gathered and met our Australian mates; we practiced English and Indonesian as well. At the end of occasion, we conducted a farewell party at Bhineka Room at Consul General Melbourne where SMA Negeri 1 Serang and Mac Robertson Girls High School signed an educational agreement. Good luck for all of the two schools, may you be able to follow up for exploring further collaboration (HS, 2008)